Guru adalah fasilitator keilmuan

Diposting oleh Moch Jibriel | 22.28 | | 0 komentar »

Mengenang indahnya dunia pendidikan di masa lalu yang sarat dengan muatan tata krama dan penghormatan terhadap sosok seorang guru yang selalu mengiringi proses belajar dan mengajar di lingkungan sekolah . Guru adalah figur yang secara normatif menjadi sentral keilmuan , segala aspek keilmuan akademik dan kurikuler tak lepas dari peran seorang guru .

Telah banyak dilahirkan tokoh tokoh penting nasional mulai dari era pra kemerdekaan , masa perjuangan kemerdekaan sehingga paska kemerdekaan , bahkan pada era globalisasi sekarang ini semua sendi kehidupan dan perekonomian di penuhi dengan manusia manusia hasil dari sebuah proses pendidikan yang tentu saja tidak akan lepas dari peran serta seorang guru .

Figur seorang guru di masa lalu adalah sebagai seorang yang sangat di segani dan di hormati dan di dalam tatanan sosial masyarakat mendapat tempat yang cukup tinggi ( kalo di jaman feodalisme dulu tentulah sudah termasuk di dalam kasta brahmana .. he he .. ) . Meskipun pendidikan tempo dulu selalu mengutamakan disiplin yang tinggi , dengan keras guru menerapkan sistem reward and punishment , artinya pada masa dulu kita mengenal hukuman pukulan dengan penggaris , lemparan penghapus atau kapur , di hukum berdiri di depan kelas ( di straap ) dan masih banyak lagi jenis hukuman pada masa lalu di dalam proses belajar dan mengajar di kelas .

Seiring dengan berputarnya jarum jam , bergulirnya bulan dan tahun , maka paradigma pendidikan mengalami distorsi yang cukup besar baik secara sistem maupun secara psikologi . Penghormatan terhadap seorang guru yang dulu timbul dari dalam karena sebuah pengakuan bahwa guru adalah sosok yang memang pantas di hormati dengan segala eksistensinya , bahwa guru dengan jiwa pengabdian dan totalitas-nya telah bersusah payah menghantar kita kepada simpul simpul ilmu pengetahuan , serta guru adalah sebagai sosok pembimbing layaknya orang tua kepada anaknya dengan segala muatan asah asih dan asuhnya . Sosok guru yang akan selalu melekat dan terasa begitu dekat , terjalin sebuah hubungan psikologi di antara guru dan murid .

Pada masa sekarang sering kita lihat di depan mata , di media televisi , media cetak , bagaimana seorang guru menghukum murid dengan cara cara yang sudah melampui nilai kewajaran , demikian pula sebaliknya sering kita ketahui bagaimana seorang murid berontak dan melawan dengan guru baik di dalam permasalahan akademik maupun urusan urusan non akademik . Sering kita tahu dari berita media massa yang ter-ekspose bagaimana seorang guru memukul muridnya , bagaimana seorang murid memukul gurunya .

sekilas saya sampaikan kenyataan yang berlangsung di depan mata , di karenakan memang saya tidak akan fokus pada masalah itu , maka kita lanjutkan dengan bahasan selanjutnya . Teringat saya pada saat masih di bangku kuliah dulu , salah seorang dosen di dalam kuliah perdananya mengatakan sebagai berikut , Bahwa kita sebagai mahasiswa haruslah merubah pola pikir kita , bukan lagi sebagai seorang siswa ( anak OSIS maksudnya ) , tetapi sudah harus merubah pola pikir sebagai seorang mahasiswa yang mandiri dan progressive serta innovative dalam proses belajar dan mengajar selanjutnya . Meskipun tidak pernah terlontar saat itu , namun di dalam benak saya muncul juga pemikiran , bahwa sebagai seorang dosen seharusnya juga berubah pola pikirnya bukan lagi dengan pola pikir sebagai seorang guru , namun harus berpikir bahwa dosen adalah merupakan sosok fasilitator dan mediator bagi mahasiswa di dalam menjalani proses belajar dan mengajar selanjutnya .

Terlepas dari semua topik pembicaraan di atas , sesungguhnya seandainya terjadi sebuah perubahan di dalam pola pikir pada diri kita semua . baik kita sebagai seorang guru ataupun kita sebagai siswa .

Guru akan lebih baik kalau memiliki pola pikir bahwa dirinya adalah merupakan sebuah mediator dan fasilitator bagi muridnya di dalam proses pembelajaran tersebut , sehingga amatlah sangat di harapkan peran serta seorang guru memberikan peran serta secara aktif di dalam semangat untuk memberdayakan siswa sebagai seorang anak didik yang tanggap dan mampu mengkap semua aspek pendidikan ( pendidikan akademik , kurikuler maupun normatif normatif yang lainnya termasuk religi ) .

Siswa demikian juga di harapkan memiliki kemauan yang keras serta keinginan untuk maju baik secara motivasi maupun etos sebagai seorang siswa . Semua siswa di harapkan secara aktif berkeinginan untuk dapat memaknai rangkaian pelajaran dan kegiatan yang memang telah di sampaikan ibarat sebuah gizi yang memang di butuhkan oleh tubuh . Banyak sekali bahkan hingga saat ini bahwa sesungguhnya siswa tidak memiliki kesadaran bahwa memang rangkaian materi pendidikan itu adalah sudah menjadi kebutuhan diri kita yang harus kita raih dan kita perjuangkan dengan amat sangat keras .

Seorang siswa seringkali justru merasa berat dan terbebani dengan materi pelajaran yang di terimanya , bahkan seringkali beberapa dari kita secara gegabah memandang negatif pihak pendidik dengan segala kekurangannya baik di dalam memberikan materi pelajaran maupun seagai sebuah sistem pedidikan tanpa melihat lagi perlu adanya semangat di dalam menjalani proses pendidikan tersebut .

Kalau para siswa ( apalagi orang tua siswa ) sudah tidak melihat lagi kebutuhan akan semangat juang dan kesadaran bahwa pendidikan itu murni sebagai kebutuhan kta sebagai seorang generasi penerus , serta sebagai anak bangsa yang sangat sangatlah ditunggu kiprahnya di masa depan , maka akan semakin terasa berat di dalam men-sikapi semua wacana pendidikan yang akan terima .

Sedangkan Guru diharapkan secara totalitas memberikan waktu dan pikirannya di dalam menjadikan kesadaran bahwa pendidikan adalah ibarat sebuah vitamin yang memang di butuhkan oleh tubuh , artinya memang selain mendidik siswa di dalam pendidikan akademis , namun guru juga di harapka peran aktifnya memberikan pendidikan yang bersifat psikologis .

Dengan kondisi harmonis yang terjadi seperti tersebut di atas , maka akan terjalin suatu wacana pendidikan yang indah , dengan penuh kesadaran siswa merasa butuh akan semua proses pendidikan yang di berikan tersebut , namun tetap mengedepankan rasa hormat dan kesadaran memberikan penghormatan kepada seorang guru .

ok , udah panjang banget nih ceritanya .... nanti kita lanjut pada session berikutnya ...

Share on Facebook

0 komentar